Matahari itu baru saja tenggelam, pria itu melangkah meninggalkan sang wanita seorang diri. Duduk terdiam wanita itu menyadari bahwa semuanya tidak lagi sama keadaan telah berubah tidak seperti yang ia harapkan. Tiang yang baru setengah terbangun jatuh kembali tertiup angin.
***
“Tidak! Aku baik-baik saja saat ini”
“Bajingan dia!”
“Kenapa harus seperti ini?”
Wanita itu lagi-lagi menjatuhkan dirinya saat dia berjalan, tubuhnya lemas bobot nya berkurang semenjak hari itu,wajahnya basah karena air mata dengan mata bengkak yang disekitarnya dihiasi lingkaran hitam, sang wanita melihat kearah depan pandangannya tertutup kabut dan dia tidak bisa melihat apapun. Angin kembali bertiup tidak hanya dari satu arah kini menerpa nya dari berbagai arah, ia hanya bisa duduk terdiam. Hingga akhirnya ia menyerah dan membiarkan angin terus menerpanya.
***
“aaaaaaaa….!!!!”
Teriakan itu kembali terdengar dari balik jendela kamar yang selalu terbuka. Sangat kontras dengan hati manusia di baliknya yang hatinya telah tertutup dan mati. Sayup terdengar bantingan keras, setelah 30 menit semua suara benar-benar hilang. Sunyi senyap yang tertinggal. Ia tertidur setelah melampiaskan semua perih dihatinya.
***
Lari, wanita itu hanya ingin lari melepaskan semua beban yang terus mengganduli pundaknya. Ia terus berlari tanpa henti meski saat itu kedua kakinya sudah menjerit ingin berhenti, detakan jantung nya pun semakin keras memberontak ingin keluar dari raganya. Ia terus berlari, berlari. Suara yang sangat memekakan telinga memberi peringatan kepadanya. Ia mengacuhkan dan terus berlari. Tanpa ia sadari sebuah benda dengan kecepatan yang sangat tinggi menghantam tubuhnya.
Seketika semua beban itu hilang. Bebas, Ringan, Terbang yang dirasakannya. Biru di sekitarnya dan Ia kembali berlari tanpa beban dengan senyum abadi yang terhias di wajahnya.
***
Matahari terbit pria itu melangkah kearah gundukan tanah bernisan terukir sebuah nama yang sangat familiar di hidupnya. Kali ini berbeda, pria itu yang menyadari bahwa semuanya tidak lagi sama keadaan telah berubah tidak seperti yang ia harapkan. Ia bersimpuh menghela nafas panjang disisi kiri nisan. Air mata menetes dari kedua bola matanya.
June 16, 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment